Militer Tangkap 6 Staf PBB

Tentara Sudan menangkap enam anggota staf PBB asal Sudan Selatan ketika mereka dipindahkan dari negara bagian Kordofan Selatan di Sudan Utara, Rabu (22/6/2011).


UNMIS mengecam keras penangkapan sewenang-wenang oleh SAF Pasukan Bersenjata Sudan atau militer Sudan utara atas enam anggota staf nasional PBB yang akan berangkat dari Bandara Kadugli ke Wau.

Penangkapan itu terjadi di tengah pertempuran besar di negara bagian perbatasan yang terbagi menurut etnik, tempat konflik antara pasukan pemerintah dan milisi yang bersekutu dengan Sudan Selatan, telah mengancam akan mentorpedo perjanjian damai 2005 yang merencanakan akan memberikan kemerdekaan pada selatan 9 Juli.

Keenam orang itu ditahan di bandara di ibu kota negara bagian tersebut, Kadugli. Mereka merupakan bagian dari 23 anggota staf PBB Sudan yang akan diterbangkan ke kota Wau di selatan sebagai bagian dari rencana relokasi Misi PBB di Sudan (UNMIS) yang terkepung.

"UNMIS mengecam keras penangkapan sewenang-wenang oleh SAF (Pasukan Bersenjata Sudan atau militer Sudan utara) atas enam anggota staf nasional PBB yang akan berangkat dari Bandara Kadugli ke Wau," kata juru bicara UNMIS Kauider Zerrouk kepada AFP.

"Menurut SOFA (Perjanjian Status Kekuatan) dan perjanjian lainnya, UNMIS minta pembebasan segera anggota staf PBB itu, sambil menunggu penyampaian oleh pemerintah pada misi ini bukti aktivitas tidak sah seperti dinyatakan oleh SAF," ia menambahkan.

"Pihak-pihak yang berkonflik itu harus menjunjung tinggi komitmen mereka untuk melindungi warga sipil dan menjamin kebebasan gerakan semua staf PBB, tak peduli asal, etnik, atau afiliasi politik mereka."

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah menyerukan gencatan senjata segera di Kardofan Selatan, tempat ia melukiskan situasinya sebagai "menakutkan".

Beberapa pemimpin gereja dan aktivis Sudan menuduh serangan militer utara itu merupakan bagian dari kebijakan pembersihan etnis oleh pemerintah, yang ditujukan kepada masyarakat pribumi Nuba di negara bagian itu yang berperang bersama SPLA dalam perang saudara 1983-2005.

Khartoum dengan keras menolak tuduhan itu dan bersikeras mereka hanya melindungi warga sipil di Kardofan Selatan, negara bagian penghasil minyak satu-satunya Utara.

Konflik itu, yang telah menelantarkan lebih dari 70.000 orang, adalah yang kedua di perbatasan utara-selatan menjelang kemerdekaan selatan.

Pada 21 Mei lalu, tentara utara menduduki distrik Abyei yang diperebutkan, yang memiliki status khusus menurut perjanjian damai 2005, mendorong sekitar 113.000 orang melarikan diri ke selatan.

Related Product :

Posting Komentar

Pages

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Berita Dunia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger