Khadafy Tuduh NATO Pembunuh
Pemimpin Libya, Moammar Khadafy, menuduh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai pembunuh warga sipil di negerinya. Tuduhan itu ia lontarkan dalam pidato yang disiarkan Rabu (22/6/2011) malam, beberapa hari setelah NATO mengakui untuk pertama kalinya bahwa serangan bomnya mungkin telah menyebabkan korban sipil."Anda bilang, ’kami mencapai target kami dengan persis’, anda pembunuh," kata Khadafy dalam semburan kata-kata kemarahannya terhadap NATO melalui televisi negara. "Suatu hari kami akan merespon anda dan rumah anda akan menjadi target yang sah," katanya, merujuk pada peringatan perang di Eropa, Amerika Serikat dan Asia.
Tanggal di layar televisi menunjukkan 22 Juni, tetapi Khadafy merujuk pada serangan 19 Juni di sebuah rumah di Tripoli setelah NATO menyesali jatuhnya korban sipil yang dikatakan Khadafy sebagai "kejahatan kemarin". Hal itu menunjukkan bahwa dia berbicara pada 20 Juni. NATO pada Minggu malam mengakui kematian warga sipil dalam serangan pemboman di Tripoli, setelah para pejabat Libya menyatakan beberapa anak kecil yang sedang belajar berjalan termasuk di antara sembilan orang yang tewas dalam serangan itu.
Aliansi militer Barat itu dalam sebuah pernyataan menyatakan, "NATO mengakui korban-korban sipil dalam serangan di Tripoli. Tampaknya sebuah senjata tidak menghantam sasaran yang dimaksudkan dan bahwa mungkin telah ada kegagalan sistem senjata yang mungkin telah menimbulkan sejumlah korban sipil."
Sebelumnya NATO menyatakan serangan-serangannya mencapai target secara tepat. "NATO menyesalkan terenggutnya nyawa warga sipil yang tidak bersalah," kata komandan misi NATO untuk Libya, Letnan Jendral Charles Bouchard. "Meskipun kami masih akan memutuskan kekhususan kejadian ini, indikasinya adalah bahwa kegagalan sistem senjata mungkin telah menyebabkan insiden itu," katanya menambahkan.
Beberapa pejabat Libya sebelumnya menunjukkan pada para wartawan lima mayat, termasuk dua anak yang sedang belajar berjalan, yang mereka katakan termasuk di antara sembilan warga sipil yang tewas. Peristiwa tersebut terjadi ketika tekanan meningkat pada NATO untuk membolehkan solusi politik. Para wartawan telah dibawa ke distrik Al-Arada di ibukota Libya, Tripoli, untuk menyaksikan tim pertolongan dan orang-orang yang berada di tempat itu berusaha mati-matian mencari mereka yang selamat di antara puing sebuah blok flat dua lantai.
Seorang wartawan AFP melihat dua mayat ditarik dari reruntuhan bangunan itu. Para wartawan kemudian dibawa ke sebuah rumah sakit di Tripoli, tempat mereka melihat mayat seorang wanita dan dua anak yang para pejabat katakan merupakan anggota keluarga yang sama dan telah tewas dalam serangan itu.
Meski demikian, NATO menyatakan akan melanjutkan serangan-serangan bom di Libya, kata pemimpin aliansi itu Anders Fogh Rasmussen, Rabu, di tengah seruan Italia bagi penghentian permusuhan di negara Afrika utara tersebut. "NATO akan melanjutkan misi ini karena jika kami berhenti, lebih banyak warga sipil yang tidak terhitung jumlahnya akan kehilangan nyawa mereka," kata Rasmussen dalam pernyataan video di situs berita NATO.
Posting Komentar